Thursday, November 28, 2019

Materi Learning



Dosen Pengampu: Lukman, S. Psi., M. App. Psy
Andi Halimah, S. Psi., M. A


TUGAS PSIKOLOGI UMUM
LEARNING









Disusun Oleh:

Salsabila Eka Putriani
(1971041057)



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2019
Mempelajari hal baru melibatkan perubahan. Belajar adalah perubahan sistematis dan relatif permanen pada perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Salah satu teori belajar yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan tidak memperhitungkan proses mental adalah behaviorisme. Teori ini mejelaskan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sama pada hewan maupun manusia.
Belajar terbagi menjadi dua jenis belajar: belajar asosiatif dan belajar observasional. Belajar asosiatif terjadi ketika organisme membuat koneksi, atau asosiasi, antara dua kejadian. Dan pengondisian adalah proses mempelajari asosiasi ini. Terdapat dua jenis pengondisian—klasik dan operan—yang keduanya dipelajari oleh behavioris.
·         Pada pengondisian klasik (Classical Conditioning), organisme mempelajari asosasi antara dua stimulus. Sebagai hasil dari asosiasi ini, organisme belajar untuk mengantisipasi kejadian. Misalnya, kilat diasosiasikan dengan petir dan biasanya kilat mendahului petir. Oleh karena itu, ketika kita melihat kilat, kita mengantisipasi bahwa kita akan segera mendengar suara petir.
·         Dalam pengondisian operan (Operant Conditioning), organisme mepelajari asosiasi antara perilaku dan konsekuensinya, seperti imbalan. Sebagai hasil asosiasi ini, organisme belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti oleh imbalan (reinforcement) dan mengurangi perilaku yang diikuti oleh hukuman (punishment).
Kemudian, belajar observasional adalah belajar yang terjadi melalui observasi dan imitasi perilaku orang lain. Misalnya, ketika Anda melihat seseorang menembakkan bola basket, Anda mendapatkan pengetahuan mengenai cara tembakan tersebut dibuat. Belajar observasional merupakan cara umum dilakukan ketika seseorang belajar, baik dalam kondisi belajar di sekolah (pendidikan) ataupun kondisi/tempat lain.
PENGONDISIAN KLASIK (CLASSICAL CONDITIONING)
Pengondisian klasik adalah suatu proses dimana stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus bawaan yang memiliki makna dan mencapai kemampuan untuk memunculkan respon yang sama.
·         Penelitian Ivan Pavlov
Pavlov mengamati bahwa perilaku anjing mengandung komponen yang dipelajari maupun tidak dipelajari. Bagian yang tidak dipelajari dalam pengondisian klasik didasarkan pada fakta bahwa beberapa stimulus secara otomatis menghasilkan respon tertentu terpisah dari proses belajar sebelumnya; dengan kata lain merupakan bawaan.
Stimulus tidak terkondisi (uncontioned stimulus—US) adalah stimulus yang menghasilkan respon tanpa dipelajari terlebih dahulu; makanan adalah US dalam eksperimen Pavlov. Respon tidak terkondisi (unconditioned response—UR) adalah reaksi yang tidak dipelajari yang secara otomatis dimunculkan oleh US. Respon tidak terkondisi bersifat tidak sadar; terjadi sebagai respons terhadap stimulus tanpa usaha sadar.
Pada pengondisian klasik, stimulus terkondisi (conditioned stimulus—CS) adalah stimulus yang sebelumnya bersifat netral yang pada akhirnya memunculkan respon terkondisi setelah dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi. Respon terkondisi (conditioned response—CR) adalah respon yang dipelajari terhadap stimulus terkondisi yang terjadi setelah pemasangan CS-US. Kadang, respons terkondisi cukup mirip dengan respon tidak terkondisi, namun secara khusus keduanya tidak cukup sama.
Dalam mempelajari respon seekor anjing terhadap berbagai stimulus yang dikaitkan dengan bubuk daging, Pavlov membunyikan bel sebelum memberikan bubuk daging pada anjing tersebut. Hingga pada akhirnya, membunyikan bel tidak memberikan pengaruh apapun pada anjing tersebut, kecuali mungkin membangunkan anjing tersebut dari tidurnya. Bel tersebut merupakan stimulus netral, yang berarti bahwa di dunia anjing tersebut, stimulus ini tidak memiliki nilai sinyal sama sekali. Namun, anjing tersebut mulai mengasosiasikan suara bel dengan makanan dan berliur ketika mendengar suara bel. Bel tersebut telah menjadi stimulus terkondisi (dipelajari) (CS), dan keadaan berliur sekarang merupakan suatu respons terkondisi (CR).
·         Kontingensi dan Kontinguitas
Agar pengondisian klasik ini berhasil, ada dua faktor penting yang harus ada: kontinguitas dan kontingensi. Kontinguitas berarti bahwa CS dan US ditampilkan sangat dekat dan bersamaan—bahkan dalam hitungan satu per sekian detik. Dalam penelitian Pavlov, jika bel tersebut dibunyikan 20 menit sebelum kemunculan makanan, anjing tersebut mungkin tidak akan mengasosiasikan bel dengan makanan.
Kontingensi berarti bahwa CS tidak boleh hanya muncul mendahului US dalam waktu yang berdekatan, namun juga harus menjadi indikator reliable yang menunjukkan bahwa US akan segera muncul menyertai. Untuk mendapatkan kesan penting kontingensi, bayangkan bahwa anjing tersebut dihadapkan pada bel yang berdering dengan waktu acak sepanjang hari. Setiap kali anjing tersebut mendapatkan makanan, pemunculan makanan selalu mengikuti bunyi bel dengan jeda waktu yang sangat singkat. Namun, dalam situasi ini, anjing tersebut tidak akan mengasosiasikan bel dengan makanan, karena bel bukan merupakan sinyal reliable yang menandakan ada makanan yang akan segera datang: Bel tersebut banyak berbunyi ketika makanan tidak muncul.
·         Generalisasi
Pavlov menemukan bahwa anjing berliur bukan hanya sebagai respons terhadap suara bel namun juga terhadap suara lain, seperti peluit. Suara-suara ini belum dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi yang berupa makanan. Pavlov menemukan bahwa semakin mirip suatu suara denga bel yang asli, semakin deras aliran air liur anjing tersebut.
Generalisasi dalam pengondisian klasik adalah kecenderungan ketika stimulus baru yang mirip dengan stimulus terkondisi yang asli memunculkan respons yang mirip dengan respons respon terkondisi. Generalisasi memiliki nilai untuk mencegah proses belajar yang hanya terpaku pada satu stimulus saja.
PENGONDISIAN OPERAN (OPERANT CONDITIONING)
Pengondisian operan adalah bentuk belajar asosiatif ketika konsekuensi perilaku mengubah probabilitas terjadinya perilaku tersebut. psikolog berkebangsaan Amerika, B. F. Skinner (1938), memilih istilah operan untuk menggambarkan perilaku organisme. Perilaku operan terjadi secara spontan. Menurut Skinner, konsekuensi yang mengikuti perilaku spontan ini menentukan apakah perilaku tersebut akan diulang atau tidak.
·         Pendekatan Skinner terhadap Pengondisian Operan
Skinner meyakini bahwa mekanisme belajar adalah sama bagi semua spesies. Ia dan behavioris lainnya berusaha keras untuk mempelajari organisme dalam kondisi yang sangat terkontrol sehingga mereka dapat mempelajari hubungan antara perilaku operan dan konsekuensi tertentu secara sangat mendetail.
Salah satu ciptaan Skinner pada tahun 1930-an untuk mengontrol kondisi eksperimen adalah “Kotak Skinner”. Alat dalam kotak tersebut mengantarkan makanan ke dalam sebuah nampan secara acak. Setelah tikus terbiasa dengan kotak tersebut, Skinner memasang tuas dan terkadang menekan tuas yang ada, makanan akan terisi. Tidak lama kemudian tikus mempelajari bahwa konsekuensi penekanan terhadap tuas bersifat positif; ia akan mendapatkan makanan.
·         Prinsip Penguatan
Penguatan adalah proses ketika stimulus atau kejadian (penguat) yang mengikuti perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi. Konsekuensi yang diinginkan (atau menyenangkan) dari perilaku ini terbagi atas dua jenis, yang disebut penguatan positif dan penguatan negatif. Kedua jenis konsekuensi ini dialami sebagai hal yang menyenangkan, dan keduanya meningkatkan frekuensi kemunculan perilaku.
Dalam penguatan positif, frekuensi perilaku meningkat karena diikuti oleh stimulus yang diinginkan. Contohnya, jika seseorang yang Anda temui tersenyum kepada Anda setelah Anda berkata, “Halo, apa kabar?” dan kemudian Anda mengajaknya berbicara, senyum tersebut telah menguatkan perilaku berbicara Anda. Sebaliknya, dalam penguatan negatif, frekuensi perilaku meningkat karena diikuti oleh penghilangan atas sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya, jika ayah Anda memaksa untuk membersihkan garasi dan terus memaksa sampai Anda mebersihkan garasi, respon Anda (membersihkan garas) menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan (paksaan ayah Anda).
·         Jadwal penguatan
Jadwal penguatan adalah pola spesifik yang menentukan kapan perilaku akan diperkuat. Terdapat empat jadwal utama untuk penguatan parsial: rasio tetap, rasio variabel, interval tetap, interval variabel. Jadwal rasio mencakup banyaknya perilaku yang harus ditampilkan sebelum mendapatkan imbalan, dan jadwal interval merujuk pada jumlah waktu yang harus dilalui sebelum tindakan mendapatkan imbalan.
1.      Rasio tetap memperkuat perilaku setelah sejumlah perilaku dimunculkan. Contohnya,  seorang anak akan mendapatkan permen atau boleh bermain selama 1 jam setelah ia berlatih bermain piano tiap 5 hari.
2.      Rasio variabel adalah rentang waktu ketika perilaku diberikan imbalan pada sejumlah rata-rata waktu tertentu yang tidak dapat diprediksi. Contohnya mesin judi, dimana kemenangan dan kekalahan yang tidak dapat diprediksi.
3.      Interval tetap memperkuat perilaku setelah waktu tertentu telah terlewati. Contohnya, jika Anda mengikuti kelas yang mengadakan ujian empat kali, Anda dapat bersantai sepanjang semester terebut dan bekerja keras hanya pada waktu menjelang ujian.
4.      Interval variabel adalah rentang waktu ketika perilaku diperkuat setelah sejumlah waktu yang beragam terlewati. Contohnya, kuis-kuis terjadi pada waktu-waktu yang tidak ditentukan.
·         Hukuman
Hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi. Misalnya, seorang anak yang bermain dengan korek api dan terbakar ketika ia menyalakan satu batang korek tersebut; anak tersebut kemungkinan besar tidak akan memainkan korek api lagi kedepannya.
Seperti pembedaan positif-negatif yang diterapkan pada penguatan, hal yang sama juga diterapkan pada hukuman. Seperti kasus pada penguatan, “positif” berarti menambahkan sesuatu dan “negatif” berarti menghilangkan sesuatu. Oleh karena itu, dalam hukuman positif, perilaku menurun ketika diikuti kemunculan stimulu. Contohnya, memukul anak yang berperilaku buruk. Sedangkan hukuman negatif adalah perilaku menurun ketika stimulus dihilangkan. Contohnya, pengambilan kesenangan dari kehidupan remaja yaitu dengan melarangnya untuk keluar bermain bersama temannya.

No comments:

Post a Comment

THINKING

THINKING 1.  Pengertian   Berpikir  (Thinking) Berpikir   merupakan   m ediasi   simbolik   selama interval  waktu   antara   munculnya...