Dosen
Pengampu: Lukman, S. Psi., M. App. Psy
Andi
Halimah, S. Psi., M. A
LEARNING
Disusun Oleh:
Salsabila Eka Putriani
(1971041057)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2019
Mempelajari
hal baru melibatkan perubahan. Belajar adalah perubahan sistematis dan relatif
permanen pada perilaku yang terjadi melalui pengalaman. Salah satu teori
belajar yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan tidak
memperhitungkan proses mental adalah behaviorisme.
Teori ini mejelaskan bahwa prinsip-prinsip belajar adalah sama pada hewan
maupun manusia.
Belajar
terbagi menjadi dua jenis belajar: belajar asosiatif dan belajar observasional.
Belajar asosiatif terjadi ketika
organisme membuat koneksi, atau asosiasi, antara dua kejadian. Dan pengondisian adalah proses mempelajari
asosiasi ini. Terdapat dua jenis pengondisian—klasik dan operan—yang keduanya
dipelajari oleh behavioris.
·
Pada pengondisian
klasik (Classical Conditioning), organisme mempelajari asosasi antara dua
stimulus. Sebagai hasil dari asosiasi ini, organisme belajar untuk
mengantisipasi kejadian. Misalnya, kilat diasosiasikan dengan petir dan
biasanya kilat mendahului petir. Oleh karena itu, ketika kita melihat kilat,
kita mengantisipasi bahwa kita akan segera mendengar suara petir.
·
Dalam pengondisian operan (Operant Conditioning), organisme mepelajari
asosiasi antara perilaku dan konsekuensinya, seperti imbalan. Sebagai hasil
asosiasi ini, organisme belajar untuk meningkatkan perilaku yang diikuti oleh
imbalan (reinforcement) dan
mengurangi perilaku yang diikuti oleh hukuman (punishment).
Kemudian,
belajar observasional adalah belajar
yang terjadi melalui observasi dan imitasi perilaku orang lain. Misalnya,
ketika Anda melihat seseorang menembakkan bola basket, Anda mendapatkan
pengetahuan mengenai cara tembakan tersebut dibuat. Belajar observasional
merupakan cara umum dilakukan ketika seseorang belajar, baik dalam kondisi
belajar di sekolah (pendidikan) ataupun kondisi/tempat lain.
PENGONDISIAN KLASIK (CLASSICAL CONDITIONING)
Pengondisian
klasik adalah suatu proses dimana stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus
bawaan yang memiliki makna dan mencapai kemampuan untuk memunculkan respon yang
sama.
·
Penelitian Ivan Pavlov
Pavlov
mengamati bahwa perilaku anjing mengandung komponen yang dipelajari maupun
tidak dipelajari. Bagian yang tidak dipelajari dalam pengondisian klasik
didasarkan pada fakta bahwa beberapa stimulus secara otomatis menghasilkan
respon tertentu terpisah dari proses belajar sebelumnya; dengan kata lain
merupakan bawaan.
Stimulus tidak
terkondisi (uncontioned stimulus—US) adalah stimulus yang
menghasilkan respon tanpa dipelajari terlebih dahulu; makanan adalah US dalam
eksperimen Pavlov. Respon tidak
terkondisi (unconditioned response—UR) adalah reaksi yang tidak dipelajari
yang secara otomatis dimunculkan oleh US. Respon tidak terkondisi bersifat
tidak sadar; terjadi sebagai respons terhadap stimulus tanpa usaha sadar.
Pada
pengondisian klasik, stimulus terkondisi
(conditioned stimulus—CS) adalah stimulus yang sebelumnya bersifat netral
yang pada akhirnya memunculkan respon terkondisi setelah dipasangkan dengan
stimulus tidak terkondisi. Respon
terkondisi (conditioned response—CR) adalah respon yang dipelajari terhadap
stimulus terkondisi yang terjadi setelah pemasangan CS-US. Kadang, respons
terkondisi cukup mirip dengan respon tidak terkondisi, namun secara khusus
keduanya tidak cukup sama.
Dalam
mempelajari respon seekor anjing terhadap berbagai stimulus yang dikaitkan
dengan bubuk daging, Pavlov membunyikan bel sebelum memberikan bubuk daging
pada anjing tersebut. Hingga pada akhirnya, membunyikan bel tidak memberikan
pengaruh apapun pada anjing tersebut, kecuali mungkin membangunkan anjing
tersebut dari tidurnya. Bel tersebut merupakan stimulus netral, yang berarti bahwa di dunia anjing tersebut, stimulus ini
tidak memiliki nilai sinyal sama sekali. Namun, anjing tersebut mulai
mengasosiasikan suara bel dengan makanan dan berliur ketika mendengar suara
bel. Bel tersebut telah menjadi stimulus terkondisi (dipelajari) (CS), dan
keadaan berliur sekarang merupakan suatu respons terkondisi (CR).
·
Kontingensi dan Kontinguitas
Agar
pengondisian klasik ini berhasil, ada dua faktor penting yang harus ada:
kontinguitas dan kontingensi. Kontinguitas
berarti bahwa CS dan US ditampilkan sangat dekat dan bersamaan—bahkan dalam
hitungan satu per sekian detik. Dalam penelitian Pavlov, jika bel tersebut
dibunyikan 20 menit sebelum kemunculan makanan, anjing tersebut mungkin tidak
akan mengasosiasikan bel dengan makanan.
Kontingensi
berarti bahwa CS tidak boleh hanya muncul mendahului US dalam waktu yang
berdekatan, namun juga harus menjadi indikator reliable yang menunjukkan bahwa
US akan segera muncul menyertai. Untuk mendapatkan kesan penting kontingensi,
bayangkan bahwa anjing tersebut dihadapkan pada bel yang berdering dengan waktu
acak sepanjang hari. Setiap kali anjing tersebut mendapatkan makanan,
pemunculan makanan selalu mengikuti bunyi bel dengan jeda waktu yang sangat
singkat. Namun, dalam situasi ini, anjing tersebut tidak akan mengasosiasikan
bel dengan makanan, karena bel bukan merupakan sinyal reliable yang menandakan
ada makanan yang akan segera datang: Bel tersebut banyak berbunyi ketika
makanan tidak muncul.
·
Generalisasi
Pavlov
menemukan bahwa anjing berliur bukan hanya sebagai respons terhadap suara bel
namun juga terhadap suara lain, seperti peluit. Suara-suara ini belum
dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi yang berupa makanan. Pavlov
menemukan bahwa semakin mirip suatu suara denga bel yang asli, semakin deras
aliran air liur anjing tersebut.
Generalisasi
dalam pengondisian klasik adalah kecenderungan ketika stimulus baru yang mirip
dengan stimulus terkondisi yang asli memunculkan respons yang mirip dengan
respons respon terkondisi. Generalisasi memiliki nilai untuk mencegah proses
belajar yang hanya terpaku pada satu stimulus saja.
PENGONDISIAN OPERAN (OPERANT CONDITIONING)
Pengondisian
operan adalah bentuk belajar asosiatif ketika konsekuensi perilaku mengubah
probabilitas terjadinya perilaku tersebut. psikolog berkebangsaan Amerika, B.
F. Skinner (1938), memilih istilah operan untuk menggambarkan perilaku
organisme. Perilaku operan terjadi secara spontan. Menurut Skinner, konsekuensi
yang mengikuti perilaku spontan ini menentukan apakah perilaku tersebut akan
diulang atau tidak.
·
Pendekatan Skinner terhadap Pengondisian
Operan
Skinner
meyakini bahwa mekanisme belajar adalah sama bagi semua spesies. Ia dan
behavioris lainnya berusaha keras untuk mempelajari organisme dalam kondisi
yang sangat terkontrol sehingga mereka dapat mempelajari hubungan antara
perilaku operan dan konsekuensi tertentu secara sangat mendetail.
Salah
satu ciptaan Skinner pada tahun 1930-an untuk mengontrol kondisi eksperimen
adalah “Kotak Skinner”. Alat dalam
kotak tersebut mengantarkan makanan ke dalam sebuah nampan secara acak. Setelah
tikus terbiasa dengan kotak tersebut, Skinner memasang tuas dan terkadang
menekan tuas yang ada, makanan akan terisi. Tidak lama kemudian tikus
mempelajari bahwa konsekuensi penekanan terhadap tuas bersifat positif; ia akan
mendapatkan makanan.
·
Prinsip Penguatan
Penguatan
adalah proses ketika stimulus atau kejadian (penguat) yang mengikuti perilaku
tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
Konsekuensi yang diinginkan (atau menyenangkan) dari perilaku ini terbagi atas
dua jenis, yang disebut penguatan positif
dan penguatan negatif. Kedua jenis
konsekuensi ini dialami sebagai hal yang menyenangkan, dan keduanya
meningkatkan frekuensi kemunculan perilaku.
Dalam
penguatan positif, frekuensi
perilaku meningkat karena diikuti oleh stimulus yang diinginkan. Contohnya,
jika seseorang yang Anda temui tersenyum kepada Anda setelah Anda berkata,
“Halo, apa kabar?” dan kemudian Anda mengajaknya berbicara, senyum tersebut
telah menguatkan perilaku berbicara Anda. Sebaliknya, dalam penguatan negatif, frekuensi perilaku
meningkat karena diikuti oleh penghilangan
atas sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya, jika ayah Anda memaksa untuk
membersihkan garasi dan terus memaksa sampai Anda mebersihkan garasi, respon
Anda (membersihkan garas) menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan
(paksaan ayah Anda).
·
Jadwal penguatan
Jadwal
penguatan adalah pola spesifik yang menentukan kapan perilaku akan diperkuat.
Terdapat empat jadwal utama untuk penguatan parsial: rasio tetap, rasio
variabel, interval tetap, interval variabel. Jadwal rasio mencakup banyaknya
perilaku yang harus ditampilkan sebelum mendapatkan imbalan, dan jadwal
interval merujuk pada jumlah waktu yang harus dilalui sebelum tindakan
mendapatkan imbalan.
1. Rasio tetap
memperkuat perilaku setelah sejumlah perilaku dimunculkan. Contohnya, seorang anak akan mendapatkan permen atau
boleh bermain selama 1 jam setelah ia berlatih bermain piano tiap 5 hari.
2. Rasio variabel
adalah rentang waktu ketika perilaku diberikan imbalan pada sejumlah rata-rata
waktu tertentu yang tidak dapat diprediksi. Contohnya mesin judi, dimana
kemenangan dan kekalahan yang tidak dapat diprediksi.
3. Interval tetap
memperkuat perilaku setelah waktu tertentu telah terlewati. Contohnya, jika
Anda mengikuti kelas yang mengadakan ujian empat kali, Anda dapat bersantai
sepanjang semester terebut dan bekerja keras hanya pada waktu menjelang ujian.
4. Interval variabel
adalah rentang waktu ketika perilaku diperkuat setelah sejumlah waktu yang
beragam terlewati. Contohnya, kuis-kuis terjadi pada waktu-waktu yang tidak
ditentukan.
·
Hukuman
Hukuman
adalah konsekuensi yang menurunkan kemungkinan bahwa perilaku akan terjadi.
Misalnya, seorang anak yang bermain dengan korek api dan terbakar ketika ia
menyalakan satu batang korek tersebut; anak tersebut kemungkinan besar tidak
akan memainkan korek api lagi kedepannya.
Seperti
pembedaan positif-negatif yang diterapkan pada penguatan, hal yang sama juga
diterapkan pada hukuman. Seperti kasus pada penguatan, “positif” berarti
menambahkan sesuatu dan “negatif” berarti menghilangkan sesuatu. Oleh karena
itu, dalam hukuman positif, perilaku
menurun ketika diikuti kemunculan stimulu. Contohnya, memukul anak yang
berperilaku buruk. Sedangkan hukuman
negatif adalah perilaku menurun ketika stimulus dihilangkan. Contohnya,
pengambilan kesenangan dari kehidupan remaja yaitu dengan melarangnya untuk
keluar bermain bersama temannya.

No comments:
Post a Comment